Minggu, 13 Januari 2013

pengembangan strategi instruksional (desain pembelajaran)


Tugas Kelompok
Desain Pembelajaran
Pengembangan Strategi Instruksional
Dwi Rahmawati, S. Pd, M.Pd.


 








Disusun oleh    :
Nama                                          NPM
Evi Susanti                                  11310055
Feri Tri Hartanto                         11310059
Indah Mentari                              11310061
Wahyu Febriana                         11310072
Fika Rahayu                                11310079
Ihwan Ardani                               11310080


Prodi : Pendidikan Matematika
Kelas : B
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Metro
Tahun Akademik 2012-2013

KATA PENGANTAR
           Puji syukur kehadirat Allah SWT yang mana telah memberikan rahmat dan hidayatnya kepada kami ini sehingga dapat menyelesaikan makalah ini, yang merupakan makalah dari mata kuliah Desain Pembelajaran Universitas Muhammadiyah Metro semester tiga pada tahun pelajaran 2012/2013.
Saya mengucapkan terima kasih terhadap:
1.    Dwi Rahmawati, S. Pd, M.Pd. selaku dosen pengampu,
2.    Kedua orang tua kami yang selalu mendukung.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan baik dalam isi maupun dalam penyampaiannya. Oleh karena itu, kami sebagai penulis mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca yang bersifat membangun untuk kesempurnaan penulisan makalah ini. Atas saran dan kritiknya kami mengucapkan terima kasih. Semoga makalah ini bermanfaat dan dapat menambah ilmu pengetahuan khususnya bagi kami dan umumnya untuk para pembaca.


Text Box: Metro,     November 2012




Kelompok 3
 







DAFTAR ISI
Halaman Judul..........................................................................................        i
Kata Pengantar.........................................................................................        ii
Dafar Isi.......................................................................................................        iii
BAB I  PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang.....................................................................        1 
B.   Rumusan Masalah.............................................................        2
C.   Tujuan Penulisan Masalah...............................................        2
BAB II  PEMBAHASAN
A.   Pengertian Strategi Instruksional.................................................        3
B.   Komponen danSubkomponen Strategi pembelajaran.............        4
a. Komponen Urutan Kegiatan Instruksional............................        4
b. Komponen Metode Instruksional.............................................        7
c. Komponen Media Instruksional...............................................        17
d. Komponen Waktu.......................................................................        19
C.   Menyusun Strategi Instruksional.................................................        20
BAB III PENUTUP.....................................................................................        26
Daftar Pustaka



BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
            Pengajaran merupakan perpaduan dari dua aktifitas yaitu  aktifitas mengajar dan aktifitas belajar. Aktifitas mengajar menyangkut peranan guru dalam konteks megupayakan terciptanya jalinan komunikasi yang harmonis antara mengajar itu sendiri dengan belajar. Jalinan komunikasi yang harmonis inilah yang menjadi indikator suatu aktifitas proses pengajaran itu berjalan dengan baik.
            Suatu pengajaran akan baik disebut baik bejalan dan berhasil secara baik, manakala guru mampu mengubah diri perserta didik dalam arti yang luas serta mampu menumbuhkembangkan kesadaran peserta didik untuk belajar, sehingga pengalaman yang diperoleh peserta didik selama ia terlibat di dalam proses pengajaran itu, dapat dirasakan manfaatnya secara langsung bagi perkembangan pribadinya.
Mengajar bukanlah tugas yang sederhana, dalam proses mengajar dituntut profesionalitas. Aktifitas pengajaran adalah sangat urgen sebab ia berkaitan dengan upaya mengubah, mengembangkan dan mendewasakan insan didik. Aktifitas pengajaran yang dikelola secara terprogram, teratur, dan mengikuti prinsip-prinsip pegelolaan serta kaidah-kaidah pengajaran yang baik merupakan tuntutan yang semestinya terhadap pelaksanaan pengajaran.
Setiap guru memiliki cara atau style yang berbeda dalam melaksanakan proses pembelajaran. Ada yang cukup menggunakan satu model dan satu metode, ada juga yang menggunakan satu model yang terdiri dari beberapa metode. Walaupun terdapat variasi dalam proses tersebut, pada dasarnya ada satu hal yang harusnya tetap sama yaitu keyakinan guru dalam menggunakan model ataupun metode atau yang dikenal juga dengan kata yang lebih luas, strategi tersebut bertujuan agar siswa dapat memahami apa yang akan ia sampaikan.
Keberagaman dalam memvariasikan model, metode dan media  tersebut harusnya tetap memiliki pola atau standarisai agar dapat dikatakan baik. Terkait dengan bagaimana cara menyusun strategi instruksional yang baik inilah penulis angkat sebagai permasalahan pada makalah ini. Adapun strategi instruksional yang disusun berdasarkan strategi instruksional dalam model pengembangkan Instruksional  yang dikembangkan oleh Suparman (2004)

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan dalam latar belakang masalah di atas, maka telah dirumuskan sebuah permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini. Untuk mempermudahkan dalam perumusan masalaah, maka akan dituangkan dalam bentuk pertanyaan, yaitu:
1.    Apakah yang dimaksud dengan strategi instruksional?
2.    Komponen apa saja yang terlibat pengembangan strategi instruksional?
3.    Bagaimanakah urutan kegiatan dalam pengembangan strategi instuksional?
4.    Bagaimana pembuatan strategi instruksional?

C. Tujuan Penulisan Masalah
1.    Untuk mengetahui definisi dari strategi instruksional
2.    Untuk mengetahui komponen yang terlibat dalam pengembangkan strategi instuksional.
3.    untuk mengetahui urutan kegiatan dalam pengembangan strategi instruksional.
4.    Untuk mengetahui cara pembuatan strategi instruksional.



BAB II
PEMBAHASAN

A.   Pengertian Strategi Instruksional

           Secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Jika dihubungkan dengan pembelajaran, strategi dapat diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru dan peserta didik dalam perwujudan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah digariskan (Trianto, 2007).
           Pembelajaran adalah sebuah proses komunikasi antara pembelajar, pengajar dan bahan ajar. Pengertian strategi pembelajaran atau instruksional secara detail diungkapkan oleh Suparman (2004), bahwa strategi instruksional merupakan perpaduan dari urutan kegiatan, cara pengorganisasian materi pelajaran dan peserta didik, peralatan dan bahan, serta waktu yang digunakan dalam proses instruksional untuk mencapai tujuan instruksional yang telah ditentukan.
Dick  dan  Carey  (1985) mengatakan bahwa suatu strategi instruksional menjelaskan komponen-komponen umum dari suatu strategi bahan instruksional dan prosedur-prosedur yang akan digunakan bersama bahan-bahan tersebut untuk menghasilkan hasil belajar tertentu pada mahasiswa.
Dari beberapa pendapat ahli tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa strategi instruksional adalah merupakan perpaduan dari urutan kegiatan, cara pengorganisasian materi pelajaran dan peserta didik, peralatan dan bahan, serta waktu yang digunakan dalam proses instruksional untuk mencapai tujuan instruksional yang telah ditentukan.

B.   Komponen dan Subkomponen Pengembangan Strategi Instruksional

Menurut  Suparman (2004)  terdapat empat komponen utama strategi instruksional yaitu, urutan kegiatan, metode, media dan waktu. Sedangkan Dick dan Carey dalam suparman  (2004) mengatakan terdapat   lima komponen  dalam  strategi  instruksional yang terdiri: Kegiatan pra-instruksional, penyajian informasi, partisipasi  siswa, tes, dan tindak lanjut.

a. Komponen Urutan Kegiatan
           Suparman (2004) mengatakan Komponen urutan kegiatan dalam strategi instruksional terdiri dari pendahuluan, penyajian dan penutup.

1. Subkomponen pendahuluan
Subkomponen pendahuluan merupakan kegiatan awal dari kegiatan instruksional  dimaksudkan untuk mempersiapkan peserta didik agar secara mental siap mempelajari pengetahuan, keterampilan, dan sikap baru. Sub komponen pendahuluan  terdiri dari tiga langkah berikut:
a)    Penjelasan singkat tentang isi pelajaran
          Pada babak permulaan pelajaran, peserta didik ingin segera mengetahui apa yang akan dipelajari , keinginantahuan tersebut akan terpenuhi bila pengajar menjelaskan secara singkat, sehingga pada fase ini peserta didik telah mendapat gambaran secara global tentang isi pelajaran yang akan dipelajari.
b)     Penjelasan relevansi isi pelajaran baru dengan pengalaman peserta didik.
   Peserta didik akan cepat mempelajari sesuatu apabila dikaitkan dengan apa yang telah diketahui sebelumya, pada tahapan inilah peserta didik diberikan informasi mengenai relevansi kegiatan isi pelajaran yang akan dipelajarinya dengan pengetahuan, keterampilan atau sikap yang telah dikuasainya.
c)     Penjelasan tentang tujuan instruksional.
     Pada tahapan ini peserta didik akan mendapatkan informasi mengenai tujuan instruksional yang dikuasai peserta didik setelah mendapatkan pembelajaran. Pengetahuan tentang tujuan instruksional akan meningkatkan motivasi peserta didik selama proses belajarnya.
           Dalam bentuk bagan, subkomponen pendahuluan dapat digambarkan sebagai berikut:
URUTAN KEGIATAN PENDAHULUAN
METODE
MEDIA
WAKTU
Deskripsi Singkat



Relevansi



TIK



1.1 Tabel komponen pendahuluan dan langkah-langkahnya.

2.    Sub komponen penyajian
Sub komponen penyajian merupakan inti dari  pengajaran yang disampaikan oleh guru kepada peserta didik. Didalam sub komponen penyajian terdiri dari tiga langkah, yaitu:
1.      Uraian
        Uraian merupakan penjelasan tentang materi pelajaran atau konsep, prinsip, dan prosedur yang akan dipelajari siswa
2.      Contoh
        Contoh adalah benda atau kegiatan yang terdapat dalam kegiatan siswa sebagai wujud dari materi pengajaran yang sedang diuraikan
3   Latihan
              Latihan merupakan kegiatan siswa dalam rangka menerapkan konsep, prinsip, atau prosedur yang sedang dipelajarinya kedalam praktik yang relevan dengan pekerjaan dan kehidupan sehari-hari.

Dalam bentuk bagan komponen penyajian ini tampak sebagai berikut:
URUTAN KEGIATAN PENYAJIAN
METODE
MEDIA
WAKTU
Uraian



Contoh



Latihan



1.2 Tabel komponen Penyajian dan langkah-langkah di dalamnya

3.    Sub komponen penutup
Sub komponen penutup adalah urutan kegiatan terakhir dari kegiatan instruksional. Sub komponen penutup terdiri dari dua langkah yaitu:
1.      Tes formatif dan umpan balik
Tes formatif adalah satu set pertanyaan untuk dijawab atau seperangkat tugas untuk dilakukan untuk mengukur kemajuan belajar peserta didik setelah menyelesaikan suatu tahapan pelajaran.
2.      Tindak lanjut.
Tindak lanjut merupakan kegiatan yang dilakukan peserta didik setelah melakukan tes formatif dan umpan balik. Peserta didik yang telah tuntas belajar akan melanjutkan ke bagian pelajaran selanjutnya, dan peserta didik yang belum tuntas harus mengulangi isi pelajaran tersebut dengan menggunakan bahan instruksional yang sama atau berbeda.
Gagne dan  Briggs  (1979) dalam Suparman (2004)  menyebutnya sebagai  sembilan urutan kegiatan instruksional, yaitu :
1.         Pemberian motivasi atau menarik perhatian;
2.         Penjelasan TIK;
3.         Mengingatkan kompetensi prasyarat;
4.         Pemberian stimulus (masalah, topik, konsep);
5.         Memberikan petunjuk belajar;
6.         Menimbulkan penampilan siswa;
7.         Umpan balik;
8.         Penilaian  penampilan
9.         Menyimpulkan
Sebagian pelajaran hanya menggunakan beberapa urutan kegiatan instruksional diantara urutan kegiatan tersebut, tergantung pada karakteristik mahasiswa dan perilaku yang ada dalam tujuan instruksional. Pengurangan dari Sembilan urutan tersebut masih dimungkinkan sepanjang alas an secara rasional jelas.

b.  Komponen Metode Instruksional
           Salah satu metode instruksionl pada strategi intruksional di luar urutan kegiatan instruksional adalah metode intruksional. Komponen metode instruksional terdiri dari beberapa metode yang digunakan dalam setiap langkah pada urutan kegiatan instruksional. Setiap langkah mungkin menggunakan satu atau beberapa metode atau mungkin pula setiap langkah menggunakan metode yang sama. Tidak semua metode instruksional sesuai untuk digunakan dalam mencapai tujuan instruksional tertentu. Oleh karena itu, seorang pengembang instruksional  harus memilih metode yang sesuai untuk setiap TIK yang ingin dicapai. Metode instruksional berfungsi sebagai cara dalam menyajikan (menguraikan, memberi contoh, dan memberi latihan) isi pelajaran kepada peserta didik untuk mencapai tujuan tertentu. Berbagai metode berikut ini biasnya digunakan pengajar dalam kegiatan instruksional.
Berbagai metode yang digunakan dalam kegiatan instruksional antara lain:

1. Metode Ceramah (lecture)
Metode ceramah berbentuk penjelasan pengajar kepada siswa dan biasanya diikuti dengan Tanya jawab tentang isi pelajaran yang belum jelas.

Beberapa kelebihan metode ceramah adalah :
1.       Guru mudah menguasai kelas.
2.       Guru mudah menerangkan bahan pelajaran berjumlah besar.
3.       Dapat diikuti anak didik dalam jumlah besar.
4.       Mudah dilaksanakan.
Beberapa kelemahan metode ceramah adalah :
1.      Membuat siswa pasif.
2.      Mengandung unsur paksaan kepada siswa.
3.      Mengandung daya kritis siswa.
4.      Anak didik yang lebih tanggap dari visi visual akan menjadi rugi dan anak didik yang lebih tanggap auditifnya dapat lebih besar menerimanya.
5.      Sukar mengontrol sejauhmana pemerolehan belajar anak didik.
6.      Kegiatan pengajaran menjadi verbalisme (pengertian kata-kata).
7.      Bila terlalu lama membosankan.(Syaiful Bahri Djamarah, 2000)

2. Metode  Demonstrasi
Metode  Demonstrasi digunakan untuk mendemontrasikan penggunaan alat atau melaksanakan kegiatan tertentu seperti kegiatan sesungguhnya. Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pembelajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan. Kelebihan  dari metode demonstrasi adalah:
1.    Perhatian siswa dapat lebih dipusatkan.
2.    Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari.
3.    Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri siswa.
4.    Kelebihan metode demonstrasi sebagai berikut:
5.    Membantu anak didik memahami dengan jelas jalannya suatu proses atau kerja suatu benda.
6.    Memudahkan berbagai jenis penjelasan.
7.    Kesalahan-kesalahan yang terjadi dapat diperbaiki melalui pengamatan  dan contoh konkret, dengan menghadirkan objek sebenarnya.
Kekurangan metode demonstrasi adalah anak didik terkadang sukar melihat dengan jelas benda yang akan dipertunjukkan, kurangnya pemahaman siswa tentang kegunaan benda yang dipertunjukkan.

3. Metode Penampilan/praktik
Metode Penampilan/praktik berbentuk pelaksanaan praktik oleh siswa di bawah supervisi dari dekat oleh pengajar. Untuk menggunakan metode ini pengajar harus :
1.    Memberikan penjelasan yang cukup kepada siswa selama siswa berpraktik.
2.    Melakukan tindakan pengamanan sebelum kegiatan praktik dimulai untuk keselamatan siswa dan alat-alat yang digunakan.
3.    Metode penampilan tepat digunakan bila :
4.    Pelajaran telah mencapai tingkat lanjutan.
5.    Kegiatan instruksional bersifat formal, latihan kerja, atau magang.
6.    Siswa mendapat kemungkinan untuk menerapkan apa yang dipelajarinya ke dalam situasi sesungguhnya.
7.    Kondisi praktik sama dengan kondisi kerja.
8.    Dapat disediakan bimbingan kepada siswa secara dekat selama praktik.
9.    Keterbatasan penggunaaan metode penampilan adalah :
10. Membutuhkan waktu panjang, karena siswa harus mendapatkan kesempatan berpraktik sampai baik.
11. Membutuhkan fasilitas dan alat khusus yang mungkin mahal, sulit diperoleh, dan dipelihara secara terus menerus.
12. Membutuhkan pengajar yang lebih banyak, karene setiap pengajar hanya dapat membantu sejumlah kecil siswa.

4. Metode Diskusi
Metode Diskusi adalah interaksi antara siswa dari siswa atau siswa dengan pengajar untuk menganalisis, atau memperdebatkan topic atau permasalahan tertentu. Metode diskusi diaplikasikan dalam proses belajar mengajar untuk :
1.       Mendorong siswa berpikir kritis.
2.       Mendorong siswa mengekspresikan pendapatnya secara bebas.
3.       Mendorong siswa menyumbangkan buah pikirnya untuk memecahkan masalah bersama.
4.       Mengambil satu alternatif jawaban atau beberapa alternatif jawaban untuk memecahkan masalah berdsarkan pertimbangan yang seksama.
Kelebihan metode diskusi sebagai berikut :
1.       Menyadarkan anak didik bahwa masalah dapat dipecahkan dengan berbagai jalan
2.       Menyadarkan anak didik bahwa dengan berdiskusi mereka saling mengemukakan pendapat secara konstruktif sehingga dapat diperoleh keputusan yang lebih baik.
3.       Membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain sekalipun berbeda dengan pendapatnya dan membiasakan bersikap toleransi.
Kelemahan metode diskusi sebagai berikut :
1.       Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas.
2.       Tidak dapat dipakai dalam kelompok yang besar.
3.       Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara.
4.       Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal.



5. Metode Studi Mandiri
Metode Studi Mandiri berbentuk pelaksanaan tugas membaca atau penelitian oleh mahasiswa tanpa bimbingan atau pengajaran khusus. Metode ini dilakukan dengan cara :
1.    Memberikan daftar bacaan kepada siswa yang sesuai dengan kebutuhannya.
2.    Menjelaskan hasil yang diharapkan dicapai oleh siswa pada akhir kegiatan studi mandiri.
3.    Mempersiapkan tes untuk menilai keberhasilan siswa.
Penerapan metode ini adalah :
1.       Pada tahap akhir proses belajar.
2.       Dapat digunakan pada semua mata pelajaran.
3.       Menunjang metode pembelajaran yang lain.
4.       Meningkatkan kemampuan  kerja siswa.
5.       Mempersiapkan siswa untuk kenaikan tingkat atau jabatan.
6.       Memberi kesempatan kepada siswa untuk memperdalam minatnya tanpa dicampuri  siswa lain.

6. Metode  Kegiatan instruksional Terprogram
Metode  Kegiatan instruksional Terprogram  menggunakan bahan instruksional yang disiapkan secara khusus. Untuk menggunakan metode ini perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
  1. Siswa harus benar-benar memiliki seluruh bahan, alat-alat dan perlengkapan lain yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pelajaran tersebut.
  2. Siswa harus benar-benar tahu bahwa bahan itu bukan tes. Respon yang harus dibuat siswa selama proses belajarnya dimaksudkan untuk membantu belajar, bukan untuk dijadikan dasar penilaian dalam mata pelajaran tersebut.
  3. Tersedia sumber yang dapat membantu siswa bila mengalami kesulitan.
  4. Secara periodik, siswa harus dicek kemampuannya untuk membuatnya benar-benar belajar.
Metode ini diterapkan untuk :
  1. Kurang mendapatkan interaksi sosial.
  2. Semua tahap belajar, dari permulaan sampai dengan proses akhir belajar siswa.
  3. Pelajaran formal, belajar jarak jauh, dan magang.
  4. Mengatasi kesulitan perbedaan individual.
  5. Mempermudah siswa belajar dalam waktu yang diinginkan.
Metode ini  memiliki kelemahan sebagai berikut :
  1. Bahan pelajaran yang telah dikumpulkan dengan baik membuat siswa melalui urutan kegiatan belajar yang sama. Hal ini  membuat metode kurang fleksibel.
  2. Biaya pengembangan tinggi.
  3. Siswa kurang mendapat interaksi sosial.

7. Metode Latihan dengan Teman
Memanfaatkan seorang yang telah lulus dalam latihan tertentu untuk bertindak sebagai pelatih bagi seorang mahasiswa lain. Untuk menggunakan metode ini perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1.       Mula-mula seorang siswa memperhatikan siswa yang lain yang telah mencapai tingkat lanjut dalam melaksanakan semua tugas di bawah supervisi pelatih.
2.       Setelah mengenal tugas tersebut, siswa dilatih dalam keterampilan melakukannya.
3.       Setelah lulus tes, ia menjadi pelatih untuk siswa berikutnya.
Metode ini dapat dilaksanakan apabila semua tahap yang membutuhkan latihan satu persatu dan latihan kerja, latihan formal dan magang.
Metode ini memiliki kelemahan sebagai berikut :
  1. Terbatasnya siswa yang dapat dilatih dalam satu periode tertentu.
  2. Kegiatan latihan harus senantiasa dikontrol secara langsung untuk memelihara kualitas.

8. Metode Simulasi
Metode ini menampilkan simbol-simbol atau peralatan yang menggantikan proses, kejadian, atau benda yang sebenarnya. Metode simulasi adalah metode yang diberikan kepada siswa, agar siswa dapat menggunakan sekumpulan fakta, konsep, dan strategi tertentu. Penggunaan metode tersebut memberi kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi sehingga dapat mengurangi rasa takut. Metode simulasi cenderung lebih dinamis dalam menanggapi gejala fisik dan sosial, karena melalui metode ini seolah-olah siswa melakukan hal-hal yang nyata ada. Dengan mensimulasikan sebuah kasus atau permasalahan, seseorang akan lebih menjiwai keberadaannya.
Kebaikan metode simulasi antara lain adalah:
1.    Metode ini dapat mempelajari situasi yang nyata.
2.    Bisa membuat siswa belajar dari umpan balik yang datang dari dirinya sendiri.
3.    Bisa melatih siswa dalam mensimulasikan sesuatu sehingga siswa menjadi lebih berani.
4.    Siswa dapat lebih menggunakan sekumpulan fakta dan konsep.
 Kelemahan metode simulasi antara lain:
1.    Bagi siswa yang penakut penerapan metode ini menjadi hal yang tidak menyenangkan sehingga enggan untuk bersimulasi.
2.    Sebaliknya bagi siswa yang pandai, dan yang senang berbicara cenderung menguasai proses simulasi.
3.    Bagi siswa yang susah mengeluarkan pendapat hal ini merupakan, metode yang paling menyusahkan.

9. Metode  Sumbang pendapat atau sumbang saran (Brainstorming)
Proses penampungan pendapat dari siswa tanpa evaluasi terhadap kualitas pendapat tersebut. Metode ini tepat digunakan untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam mengajukan pendapatnya. Tetapi, metode ini dapat menimbulkan frustasi di kalangan siswa, karena mereka tidak menemukan konsensus pada akhir proses tersebut. Akan  tetapi guru dapat mengambarkan bahwa yang diminta adalah buah fikiran dengan alasan-alasan rasional.

10. Metode Studi kasus
Berbentuk penjelasan tentang masalah,kejadian, atau situasi tertentu, kemudian siswa ditugaskan mencari alternatif pemecahannya. Kesulitan penggunaan metode ini adalah:
1.    Mendapat kasus yang tealh ditulis dengan baik sebagai hasil penelitian lapangan dan sesuai dengan lingkungan kehidupan siswa.
2.    Mengembangkan kasus sangat mahal.

11. Metode  Computer Assisted Learning (CAL)
Metode ini berbentuk suatu seri kegiatan belajar yang sangat berstruktur dengan menggunakan computer. Metode ini dapat digunakan pada setiap tingkat pengetahuan dari yang sederhana sampai dengan yang paling kompleks. Kesulitan penggunaan  metode ini :
1.    Pengembangan program CAL membutuhkan biaya tinggi dan waktu lama.
2.    Pengadaan dan pemeliharaan alat yang mahal.

12. Metode Insiden
Merupakan variasi dari metode studi kasus. Siswa dibekali dengan data dasar yang tidak lengkap tentang kejadian atau peristiwa. Kelebihan metode ini dari metode studi kasus adalah siswa belajar menyusun dan menyelami masalah lebih dahulu sebelum belajar berpikir kritis untuk mencari pemecahannya.

13. Metode Praktikum
Berbentuk pemberian tugas kepada siswa untuk menyelesaikan suatu proyek dengan berpraktik dan menggunakan instrumen tertentu

14. Metode proyek
Berbentuk pemberian tugas kepada  semua siswa untuk dikerjakan secara individual. Metode ini bertujuan membentuk analisis masing-masing siswa.

15. Metode bermain peran
Berbentuk interaksi antara dua atau lebih siswa tentang suatu topik atau situasi. Metode sosiodrama (role playing) adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran dengan mendramasisasikan tingkah laku dalam hubungan social dengan suatu problem, agar peserta didik dapat memecahkan masalah sosial. Metode sosiodrama adalah metode yang bertujuan untuk mempertunjukkan suatu perbuatan dari suatu pesan yang ingin disampaikan dari peristiwa yang pernah dilihat. Metode ini juga menjadikan siswa menjadi senang, sedih, tertawa jika pemerannya bisa menjiwai dengan baik. Seringkah Anda melakukan?

16. Metode Seminar
Berbentuk kegiatan belajar bagi sekelompok siswa untuk membahas topik atau masalah tertentu.

17. Metode simposium
Mengetengahkan suatu seri ceramah mengenai berbagai kelompok topik dalam bidang tertentu.

18. Metode Tutorial
Berbentuk pemberian bahan belajar yang telah dikembangkan untuk dipelajari siswa secara mandiri dan kesempatan berkonsultasi secara perodik tentang kemajuan dan masalah yang dialaminya.

19. Metode Deduktif
Dimulai dengan pemberian penjelasan tentang prinsip-prinsip isi pelajaran, kemudian disusul dengan penerapannya atau contoh-contohnya pada situasi tertentu. Metode ini tepat digunakan bila :
1.    Siswa telah  mengenal  atau telah mempunyai pengalaman yang berhubungan dengan mata pelajaran tersebut.
2.    Yang diajarkan berupa keterampilan komunikasi antara pribadi, sikap, pemecahan, dan pengambilan keputusan.
3.    Pengajar mempunyai keterampilan mendengarkan yang baik, fleksibel, terampil mengajukan pertanyaan, terampil mengulang pernyataan dan sabar.
4.    Waktu yang tersedia cukup panjang.

20. Metode  Induktif
Dimulai dengan pemberian berbagai kasus, fakta, contoh, atau sebab yang mencerminkan suatu konsep atau prinsip, kemudian, siswa dibimbing untuk berusaha keras mensintetis, menemukan, atau menyimpulkan prinsip dasar dari pelajaran tersebut. Metode ini tepat digunakan bila :
1.       Belum  mengenal pengetahuan yang sedang dipelajari.
2.       Isi pelajaran meliputi terminologi, teknis dan bidnag yang kurang membutuhkan proses berpikir kritis.
3.       Pengajaran mengenai pelajaran tersebut mempunyai persiapan yang baik dan pembicara yang baik, serta waktu yang tersedia singkat.


c. Komponen Media Instruksional
           Media adalah alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan dri suatu materi atau isi pelajaran dari pengajar ke pembelajar. Media digunakan dalam kegiatan instruksional karena memiliki berbagai kemampuan, kemampuan tersebut adalah sebagai berikut:
1.       Memperbesar benda yang sangat kecil dan tidak ttampak oleh mata telanjang menjadi lebih besar, seperti contoh Mikroskop.
2.       Menyajikan benda atau peristiwa yang terletak jauh dari peserta didik. Seperti halnya isi bumi, tempat wisata, salju, dan lain-lain.
3.       Menyajikan peristiwa yang kompleks, rumit dan berlangsung sangat cepat atau sangat lambat menjadi lebih sistematis dan sederhana, contoh peristiwa balap motor, berkerjanya mesin, dan lain-lain.
4.       Menampung sejumlah besar mahasiswa untuk mempelajari materi pelajaran dalam waktu yang sama, seperti penggunaan televisi atau audio visual yang menyajikan suatu materi.
5.       Menyajikan benda atau peristiwa berbahaya kehadapan peserta didik, seperti pemutaran video terjadinya gunung meletus.
6.       Meningkatkan daya tarik pelajaran dan perhatian peserta didik, seperti penggunaan gambar yang menari  peserta didik.
7.       Meningkatkan sistematis pengajaran, seperti transparasi, kaset audio dan lain-lain. Penggunan media selalu didahului dengan persiapan perencanaan untuk digunakan dalam proses belajar.
Media yang digunakan dalam kegitan instruksional beraneka ragam. Pengembangan instruksional dapat memilih salah satu diantara beberapa media yang akan  digunkan dan yang pasti lebih mempunyai nilai yang tinggi dan cocok untuk penggunaannya.
Dalam pemilihan media yang akan digunakan, minimal tahu bagaimana cara pemilihan. Jika dilihat dari konteks matriks rendah, sedang dan tinggi, yang matriknya sebagai berikut:

Macam belajar




Jenis media
Belajar
Informa-si
faktual
Belajar
Pengenal-an visual
Belajar konsep, prinsip, dan aturan
Belajar
prosedur
Menyaji-kan ketermpil-an persepsi gerak
Mengem-bangkan sikap, opini dan motivasi
Gambar Diam
Gambar Hidup
Televisi
Objek 3D
Rekaman audio
Programed instruction
Demonstrasi
Buku teks tercetak
Sajian oral
Sedang
Sedang
Sedang
Rendah
Sedang

Sedang

Rendah
Sedang

Sedang

Tinggi
Tinggi
Sedang
Tinggi
Rendah

Sedang

Sedang
Rendah

Rendah

Sedang
Tinggi
Tinggi
Rendah
Rendah

Sedang

Sedang
Rendah

Rendah

Sedang
Tinggi
Sedang
Rendah
Sedang

Tinggi

Tinggi
Sedang

Sedang
Rendah
Sedang
Rendah
Rendah
Rendah

Rendah

Sedang
Rendah

Rendah
Rendah
Sedang
Sedang
Rendah
Sedang

Sedang

Sedang
Sedang

sedang

1.3 tabel pemilihan media menurut matriks rendah, sedng, tinggi.

           Untuk menggunakan tabel matrik di atas, maka harus diketahui dahulu apa tujuan dari kegiatan instruksional tersebut. Dalam tujuan instruksional tersebut mungkin terkandung salah satu atau beberapa macam belajar, seperti:
1.    Belajar pengenlan visual.
2.    Belajar informasi faktual.
3.    Belajar konsep, aturan, dan prinsip.
4.    Belajar prosedur.
5.    Beljar menyajikan keterampilan atau gerak.
6.    Belajar mengembangkan sikap, opini, dan motivsi.
Setelah mengidentifiksi macam belajar yang terkandung dalam tujuannya, maka pilih media yang sesuai dengan macam belajar tersebut dengan cara melihat fungsi tabel di atas. Dalam proses pemilihan media pengembangan instruksional mungkin dapat mengidentifikasi beberapa media yang sesuai untuk tujuan instruksional tertentu. Langkah selanjutnya adalahmemilih salah satu atau dua media diantaranya atas dasar pertimbangan:
1.    Biaya lebih murah, baik saat pembelian maupun perwatan.
2.    Kesesuaian dengan metode instruksional.
3.    Kesesuaian dengn karakteristik pesert didik.
4.    Pertimbangan praktis.
5.    Ketersediaan media.
Jenis media harus dipilih berdasarkan kriteria utama, yaitu kesesuaian dengan tujuan instruksional dan lima tambahan tentang pertimbangan penggunaannya.

d. Komponen Waktu
           Komponen terakhir dari strategi instruksional adalah waktu, yaitu jumlah waktu dalam menit yang dibutuhkan oleh pengajar dan peserta didik untuk menyelesaikan langkah setiap urutan kegiatan instruksional. Jumlah waktu yang dibutuhkan untuk mengajar, terbatas kepada waktu yang digunkan pertemuan kepada pesert didik. Waktu untuk pesert idik adalah jumlah waktu yang digunakan dalam pertemuan dengan pengajar ditambah dengan waktu untuk melaksanakan tugas yang berhubungan dengan mata pelajaran diluar pertemuan dengan pengajar.
Menghitung jumlah waktu yang digunakan oleh pengajar penting, artinya bagi pengajar sendiri dalam pengelolaan waktu kegiatan instruksional. Seorang pengajar harus dapat membagi bagaimana membagi waktu untuk setiap langkah dalam pendahuluan, penyajian, dan penutup. Bagi pengelola program pendidikan, penghitungan jumlah waktu ini dapat digunakan untuk mengatur jadwal pertemuan dan menentukan jangka waktu program secara keseluruhan.
           Menghitung jumlah waktu peserta didik juga penting, artinya bagi berbagai pihak. Bagi peserta didik jumlah waktu itu merupakan petunjuk dalam mengelola waktu belajarnya. Bagi pengelola program pendidikan julah waktu yang  dibutuhkan merupakan petunjuk tentang bobot mata pelajran yang akan diberikan.
           Penentuan waktu yang dibutuhkan pengajar dan peserta didik pada setiap langkah dalam urutaan kegiatan instruksional merupakan salah saatu pembatasan bagi pengajar dan peserta didik bahwa tujuan instruksional akaan dapat dicapai bila mereka dapat memenuhinya.

C.   Menyusun Strategi Instruksional
           Penyusunan strategi instruksional haruslah didasarkan oleh tujuan yang akan dicapai sebagai kriteria utama. Di sampig itu haruslah dengan pertimbangan lain, yaitu hambatan yang mungkin dihadapi pengembang instruksional, atau pengajar seperti waktu, biaya dan fasilitas. Setiap urutan kegiatan seperti DRT (deskripsi singkat, relevansi, dan TIK) – UCL (uraian, contoh, latihan) – TUT (tes fomatif, umpan balik, tindak lanjut) atau urutan lainnya, selalu diikuti pemilihan metode dan media serta penentuan waktu untuk mencapai tujuan instruksional khusus.
Khusus penentuan waktu bagi setiap kegiatan, pengembangan instruksional, di samping menggunakan kegiatan sebagai suatu kriteria, ia menggunakan pula jenis metode dan medi sebagai kriteria lain. Berarti penentuan waktu setiap kegiatan dilakukan atas pertimbangan langkah dalam urutan kegiatan seperti D,R,T,U,C,L,T,U,T dan metode serta media yang digunakan yang digunakan. Perubahan pada metode dan media tersebut memungkinkan untuk perubahan waktu yang digunakan. Oleh karena itu, penyusunan strategi instruksional hrus dilakukan dengan mengintegrasikan keempat komponen yang tergabung di dalamnya, yaitu, komponen urutan kegiatan instruksional, metode, media, dan waktu.
Berikut ini akan  diuraikan bagaimana mengisi tabel untuk mengisi strategi instruksional.
1.    Mengisi nomor TIK yang strategis instruksionalnya akan disusun.
2.    Kolom satu telah diisi dengan Pendahulun, Penyajian, dan Penutup. Pada kolom dua , harus mulai memikirkan urutan kegiatan instruksional yang sesuai untuk menghasilkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang tercantum dalam TIK.
a)    Kolom pendahuluan ada tiga kegiatan, yaitu D (Deskripsi Singkat), R (Relevansi), T (tujuan Instruksional Khusus)
b)    Kolom penyajian ada kegiatan yang harus diisi, yaitu U (Uraian), C (Contoh), dan L (Latihan).
Beberapa pedoman di bawah ini untuk dijadikan pertimbangan dalam menentukan urutan kegiatan penyajian.
(1)  UCL adalah penyajian yang konservatif (Merryl & Tennyson, 1977) yang dimulai dengan memberikan uraian tentang pengertian suatu konsep, prinsip atau prosedur, diikutu dengan contoh penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan diakhiri dengan latihan untuk menguasainya.
(2)  CLU adalah penyajian yang dimulai dari pemberian contoh atau kasus diikuti dengan latihan memecahkannya dan mengakhirinya dengan uraian atau generalisasi dari isi pembelajaran.
(3)  LUC adalah penyajian yang dimulai dari pemberian latihan atau percobaan diikuti dengan uraian dan diakhiri dengan contoh. Urutan penyajian ini peserta didik dalam belajarnya melalui coba-coba yang awalnya menimbulkan dinamika peserta didik.
(4)  CUL adalah penyajian yang dimulai dari pemberian contoh diikuti dengan uraian tentang konsep, prinsip, atau prosedur yang terkandung di dalamnya dan diakhiri dengan latihan menerapkannya.
(5)  ULC adalah penyajian yang dimulai dari pemberian uraian tentang konsep, prinsip atau prosedur yang dipelajari diikuti dengan latihan untuk menguasainya dan akhirnya ditutup dengan contoh latihan penerapannya apa yang dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari.
(6)  LCU adalah penyajian yang memberikan kesempatan mencoba terlebih dahulu kemudian diikuti dengan contoh untuk perbandingan dan diakhiri dengan uraian atau kesimpulan.
Seluruh kolom dua diisi dengan pertimbangan diatas. Dengan selesainya pengisian kolom dua maka selanjutnya memasuki kolom ketiga dengan prosedur pengisian yang berbeda. Sejak kolom tiga cara pengisiannya baris demi baris bukan kolom demi kolom.
3.    Bila diperhatikan akan tampak bahwa kolom tiga masih berada di bawah Urutan Kegitan Instruksional. Kolom tersebut diisi dengan garis-garis besar materi yang akan diberikan pengajar dalam setiap urutan kegitan. Dalam kolom tiga ini berisi tentang materi atau isi pelajaran yang secara singkat untuk setiap TIK dimulai dari pendahuluan sampai penutup. Dengan demikian isi pelajaran bukan hanya apanya tetapi juga cara dan langkah-langkah menyajikannya.
4.    Sebelum meneruskan pada baris R atau T, maka isilah terlebih dahulu kolom 4,5, dan 6 yang sehubungan dengan baris D. Kolom 4 berisi tentang metode, kolom 5 berisi tentang media, dn kolom 6 berisi tentang waktu.


 Contoh Strategi Instruksional

Mata Pelajaran        : Matematika Kelas X smester 1
TIK. No. 1                  :  jika dipertemukan permasalahan bentuk pangkat, akar, dan logaritma, maka peserta didik dapat                                                                                                                                                                  .                                   memecahkan masalah secara benar dengan presentase minimal 80%.


URAIAN KEGIATAN INSTRUKSIONAL
METODE
MEDIA
WAKTU (DALAM MENIT)
GURU
MURID
JML
1
2
3
4
5
6
7
8

P
E
N
D
A
H
U
L
U
A
N

Deskripsi Singkat
Lingkup pelajaran ini adalah:
a.    Bentuk pangkat
b.    Bentuk akar
c.    Bentuk logaritma
Ceramah
White board, buku teks dan sumber lain yang relevan
5

5
Relevansi
dalam kehidupan sehari-hari tidak lepas dari perhitungan matematis yang dimanipulasi dalam pangkat, akar, dan logaritma.
Contoh:
Dalam sebuah gudang barang terdapat tumpukan benih padi, dimana tersusun dengan hitungan 5 karung secara horisontal dan 5 karung secara vertikal. Tumpukan tersebut berjumlah 5. Berapakah jumlah karung yang ada pada gudang barang tersebut?
Jawab:
Dik:
T. B. Horisontal= 5
T. B vertikal= 5
Tumpukkan= 5
Jawab: 53= 5x5x5= 125   
Ceramah
White board, buku teks dan sumber lain yang relevan
5

5
Tujuan Instruksional Khusus
Murid akan dapat menyelesikan permasalahan perhitungan dalam konsep akar, pangkat, dan logaritma serta menerapkan dalam pemecahan masalah.
Ceramah
White board, buku teks dan sumber lain yang relevan
5

5

P
E
N
Y
A
M
P
A
I
A
N

Uraian Materi
Penjelasan tentang:
a.    Operasi pangkat
Ap=a.a.a.a.......a
              P
b.    Operasi akar
nÖa = b             bn= a
c.    Operasi logaritma
plog a = x           a = px, untuk p>0,p = 1, a>0
Ceramah dan tanya jawab
White board, buku teks dan sumber lain yang relevan
15
10
25
Contoh
Contoh-contoh:
a.    Bentuk pangkat
35= 3x3x3x3x3=243
b.    Bentuk Akar
Ö9 = 3
c.    Bentuk logaritma
Tuliskan dalam bentuk berpangkatan?
2log 16 = x
Jawab:
2log 16 = x « 16 = 2x
Diskusi terpimpin
White board, buku teks, lembar kerja siswa dan sumber lain yang relevan
5

5
Latihan
Selesikanlah soal berikut ini:
1.    Berapakah hasil 252 x 25-1/2=     ?
2.    Berapa hasil Ö225 + 2Ö5=     ?
3.      1/2log3=
Tanya jawab
Lembar kerja

35
35

P
E
N
U
T
U
P

Tes formatif dan umpan balik
Pelaksanaan dalam bentuk tes esay dalam 5 soal pada buku LKS (pekerjaan rumah).
Penilaian terhadap jawaban peserta didik untuk mengetahui tingkat penguasaan materi.
Mengidentifikasi kesulitan yang dialami oleh peserta didik.
Melaksanakan tes dan diskusi
Lembar kerja
5

5
Tindak lanjut / follow up
Penjelasan kembali tentang materi yang belum dipahami.
Ceramah dan tanya jawab
White board, buku teks dan sumber lain yang relevan
5

5
Jumlah
45
45
90



BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

            Strategi merupakan suatu cara atau langkah-langkah seseorang penyusun untuk mencapai tujuannya. Dalam instruksional, strategi ini digunakan untuk mencapai tujuan dari belajar. Pengembangan strategi instruksional ini di dalamnya terdapat komponen unutk menyusun suatu strategi, diantaranya ada kegiatan instruksional, metode, media, dan waktu. Semua itu saling mempengaruhi satu sama lain dalam pembuatan ataupun penyusunan strategi instruksional. Strategi instruksional ini berbeda-beda menurut situasi, kondisi, toleransi, dan jangkauan di suatu tempat pengajaran, walaupun materi atau isi pelajaran sama. Oleh karena itu, seluruh pengajar harus bisa menyusun atau mengembangkan strategi instruksionalnya agar dapat mencapai tujunnya dan proses belajar mengajarnya dapat efektif dan efisien.



Daftar Pustaka

Sanjaya, Wina. 2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Supratman,  Atwi M. 2004.  Desain Instrusional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.