Tugas Kelompok
Desain Pembelajaran
Pengembangan Strategi Instruksional
Dwi Rahmawati, S. Pd,
M.Pd.
Disusun oleh :
Nama NPM
Evi Susanti 11310055
Feri Tri Hartanto 11310059
Indah Mentari 11310061
Wahyu Febriana 11310072
Fika Rahayu 11310079
Ihwan Ardani 11310080
Prodi : Pendidikan Matematika
Kelas : B
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Metro
Tahun Akademik 2012-2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang
mana telah memberikan rahmat dan hidayatnya kepada kami ini sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini, yang merupakan makalah dari mata kuliah Desain
Pembelajaran Universitas Muhammadiyah Metro semester tiga pada tahun pelajaran
2012/2013.
Saya
mengucapkan terima kasih terhadap:
1. Dwi Rahmawati, S. Pd, M.Pd.
selaku dosen pengampu,
2. Kedua
orang tua kami yang selalu mendukung.
Kami
menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan baik dalam
isi maupun dalam penyampaiannya. Oleh karena itu, kami sebagai penulis
mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan penulisan makalah ini. Atas saran dan kritiknya kami mengucapkan
terima kasih. Semoga makalah ini bermanfaat dan dapat menambah ilmu pengetahuan
khususnya bagi kami dan umumnya untuk para pembaca.
DAFTAR ISI
Halaman Judul.......................................................................................... i
Kata Pengantar......................................................................................... ii
Dafar Isi....................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang..................................................................... 1
B.
Rumusan
Masalah............................................................. 2
C.
Tujuan
Penulisan Masalah............................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian
Strategi Instruksional................................................. 3
B. Komponen
danSubkomponen Strategi pembelajaran............. 4
a. Komponen Urutan Kegiatan Instruksional............................ 4
b. Komponen Metode
Instruksional............................................. 7
c. Komponen Media Instruksional............................................... 17
d. Komponen Waktu....................................................................... 19
C. Menyusun Strategi Instruksional................................................. 20
BAB III PENUTUP..................................................................................... 26
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar
Belakang
Pengajaran
merupakan perpaduan dari dua aktifitas yaitu aktifitas mengajar dan
aktifitas belajar. Aktifitas mengajar menyangkut peranan guru dalam konteks
megupayakan terciptanya jalinan komunikasi yang harmonis antara mengajar itu
sendiri dengan belajar. Jalinan komunikasi yang harmonis inilah yang menjadi
indikator suatu aktifitas proses pengajaran itu berjalan dengan baik.
Suatu pengajaran akan baik disebut baik bejalan dan berhasil secara baik,
manakala guru mampu mengubah diri perserta didik dalam arti yang luas serta
mampu menumbuhkembangkan kesadaran peserta didik untuk belajar, sehingga
pengalaman yang diperoleh peserta didik selama ia terlibat di dalam proses
pengajaran itu, dapat dirasakan manfaatnya secara langsung bagi perkembangan
pribadinya.
Mengajar
bukanlah tugas yang sederhana, dalam proses mengajar dituntut profesionalitas.
Aktifitas pengajaran adalah sangat urgen sebab ia berkaitan dengan upaya
mengubah, mengembangkan dan mendewasakan insan didik. Aktifitas pengajaran yang
dikelola secara terprogram, teratur, dan mengikuti prinsip-prinsip pegelolaan
serta kaidah-kaidah pengajaran yang baik merupakan tuntutan yang semestinya
terhadap pelaksanaan pengajaran.
Setiap guru
memiliki cara atau style yang berbeda dalam melaksanakan proses pembelajaran.
Ada yang cukup menggunakan satu model dan satu metode, ada juga yang
menggunakan satu model yang terdiri dari beberapa metode. Walaupun terdapat
variasi dalam proses tersebut, pada dasarnya ada satu hal yang harusnya tetap
sama yaitu keyakinan guru dalam menggunakan model ataupun metode atau yang
dikenal juga dengan kata yang lebih luas, strategi tersebut bertujuan agar
siswa dapat memahami apa yang akan ia sampaikan.
Keberagaman
dalam memvariasikan model, metode dan media tersebut harusnya tetap
memiliki pola atau standarisai agar dapat dikatakan baik. Terkait dengan
bagaimana cara menyusun strategi instruksional yang baik inilah penulis angkat
sebagai permasalahan pada makalah ini. Adapun strategi instruksional yang
disusun berdasarkan strategi instruksional dalam model pengembangkan
Instruksional yang dikembangkan oleh Suparman (2004)
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan penjelasan dalam latar belakang masalah di atas, maka telah
dirumuskan sebuah permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini. Untuk
mempermudahkan dalam perumusan masalaah, maka akan dituangkan dalam bentuk
pertanyaan, yaitu:
1. Apakah yang
dimaksud dengan strategi instruksional?
2. Komponen apa
saja yang terlibat pengembangan strategi instruksional?
3. Bagaimanakah
urutan kegiatan dalam pengembangan strategi instuksional?
4. Bagaimana
pembuatan strategi instruksional?
C. Tujuan
Penulisan Masalah
1. Untuk
mengetahui definisi dari strategi instruksional
2. Untuk
mengetahui komponen yang terlibat dalam pengembangkan strategi instuksional.
3. untuk
mengetahui urutan kegiatan dalam pengembangan strategi instruksional.
4. Untuk
mengetahui cara pembuatan strategi instruksional.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Strategi Instruksional
Secara umum strategi mempunyai pengertian suatu
garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang
telah ditentukan. Jika dihubungkan dengan pembelajaran, strategi dapat
diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru dan peserta didik dalam
perwujudan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah digariskan (Trianto,
2007).
Pembelajaran adalah sebuah proses
komunikasi antara pembelajar, pengajar dan bahan ajar. Pengertian
strategi pembelajaran atau instruksional secara detail diungkapkan oleh
Suparman (2004), bahwa strategi instruksional merupakan perpaduan dari urutan
kegiatan, cara pengorganisasian materi pelajaran dan peserta didik, peralatan
dan bahan, serta waktu yang digunakan dalam proses instruksional untuk mencapai
tujuan instruksional yang telah ditentukan.
Dick dan Carey (1985) mengatakan
bahwa suatu strategi instruksional menjelaskan komponen-komponen umum dari
suatu strategi bahan instruksional dan prosedur-prosedur yang akan digunakan
bersama bahan-bahan tersebut untuk menghasilkan hasil belajar tertentu pada
mahasiswa.
Dari beberapa pendapat ahli tersebut diatas, maka
dapat disimpulkan bahwa strategi instruksional adalah merupakan perpaduan dari
urutan kegiatan, cara pengorganisasian materi pelajaran dan peserta didik,
peralatan dan bahan, serta waktu yang digunakan dalam proses instruksional
untuk mencapai tujuan instruksional yang telah ditentukan.
B. Komponen dan
Subkomponen Pengembangan Strategi Instruksional
Menurut
Suparman (2004) terdapat empat komponen utama strategi instruksional
yaitu, urutan kegiatan, metode, media dan waktu. Sedangkan Dick dan Carey dalam
suparman (2004) mengatakan terdapat lima komponen
dalam strategi instruksional yang terdiri: Kegiatan
pra-instruksional, penyajian informasi, partisipasi siswa, tes, dan
tindak lanjut.
a. Komponen Urutan Kegiatan
Suparman
(2004) mengatakan Komponen urutan kegiatan dalam strategi instruksional terdiri
dari pendahuluan, penyajian dan penutup.
1. Subkomponen
pendahuluan
Subkomponen
pendahuluan merupakan kegiatan awal dari kegiatan instruksional
dimaksudkan untuk mempersiapkan peserta didik agar secara mental siap
mempelajari pengetahuan, keterampilan, dan sikap baru. Sub komponen
pendahuluan terdiri dari tiga langkah berikut:
a) Penjelasan
singkat tentang isi pelajaran
Pada babak permulaan pelajaran, peserta didik ingin segera mengetahui apa yang
akan dipelajari , keinginantahuan tersebut akan terpenuhi bila pengajar
menjelaskan secara singkat, sehingga pada fase ini peserta didik telah mendapat
gambaran secara global tentang isi pelajaran yang akan dipelajari.
b) Penjelasan relevansi isi pelajaran baru dengan
pengalaman peserta didik.
Peserta didik akan cepat mempelajari sesuatu apabila dikaitkan dengan apa yang
telah diketahui sebelumya, pada tahapan inilah peserta didik diberikan
informasi mengenai relevansi kegiatan isi pelajaran yang akan dipelajarinya
dengan pengetahuan, keterampilan atau sikap yang telah dikuasainya.
c) Penjelasan tentang tujuan instruksional.
Pada tahapan ini peserta didik akan mendapatkan informasi mengenai tujuan
instruksional yang dikuasai peserta didik setelah mendapatkan pembelajaran.
Pengetahuan tentang tujuan instruksional akan meningkatkan motivasi peserta
didik selama proses belajarnya.
Dalam bentuk bagan, subkomponen
pendahuluan dapat digambarkan sebagai berikut:
URUTAN
KEGIATAN PENDAHULUAN
|
METODE
|
MEDIA
|
WAKTU
|
Deskripsi
Singkat
|
|
|
|
Relevansi
|
|
|
|
TIK
|
|
|
|
1.1 Tabel
komponen pendahuluan dan langkah-langkahnya.
2. Sub komponen penyajian
Sub komponen
penyajian merupakan inti dari pengajaran yang disampaikan oleh guru
kepada peserta didik. Didalam sub komponen penyajian terdiri dari tiga langkah,
yaitu:
1.
Uraian
Uraian merupakan penjelasan tentang materi pelajaran atau konsep, prinsip, dan
prosedur yang akan dipelajari siswa
2.
Contoh
Contoh adalah benda atau kegiatan yang terdapat dalam kegiatan siswa sebagai
wujud dari materi pengajaran yang sedang diuraikan
3
Latihan
Latihan merupakan kegiatan siswa dalam rangka menerapkan konsep, prinsip, atau
prosedur yang sedang dipelajarinya kedalam praktik yang relevan dengan
pekerjaan dan kehidupan sehari-hari.
Dalam bentuk
bagan komponen penyajian ini tampak sebagai berikut:
URUTAN
KEGIATAN PENYAJIAN
|
METODE
|
MEDIA
|
WAKTU
|
Uraian
|
|
|
|
Contoh
|
|
|
|
Latihan
|
|
|
|
1.2 Tabel komponen
Penyajian dan langkah-langkah di dalamnya
3. Sub komponen penutup
Sub komponen
penutup adalah urutan kegiatan terakhir dari kegiatan instruksional. Sub
komponen penutup terdiri dari dua langkah yaitu:
1.
Tes formatif dan umpan balik
Tes formatif
adalah satu set pertanyaan untuk dijawab atau seperangkat tugas untuk dilakukan
untuk mengukur kemajuan belajar peserta didik setelah menyelesaikan suatu
tahapan pelajaran.
2.
Tindak lanjut.
Tindak
lanjut merupakan kegiatan yang dilakukan peserta didik setelah melakukan tes
formatif dan umpan balik. Peserta didik yang telah tuntas belajar akan
melanjutkan ke bagian pelajaran selanjutnya, dan peserta didik yang belum
tuntas harus mengulangi isi pelajaran tersebut dengan menggunakan bahan
instruksional yang sama atau berbeda.
Gagne dan Briggs (1979) dalam Suparman
(2004) menyebutnya sebagai sembilan urutan kegiatan instruksional,
yaitu :
1.
Pemberian motivasi atau menarik perhatian;
2.
Penjelasan TIK;
3.
Mengingatkan kompetensi prasyarat;
4.
Pemberian stimulus (masalah, topik, konsep);
5.
Memberikan petunjuk belajar;
6.
Menimbulkan penampilan siswa;
7.
Umpan balik;
8.
Penilaian penampilan
9.
Menyimpulkan
Sebagian pelajaran hanya menggunakan beberapa urutan
kegiatan instruksional diantara urutan kegiatan tersebut, tergantung pada
karakteristik mahasiswa dan perilaku yang ada dalam tujuan instruksional.
Pengurangan dari Sembilan urutan tersebut masih dimungkinkan sepanjang alas an
secara rasional jelas.
b. Komponen Metode Instruksional
Salah
satu metode instruksionl pada strategi intruksional di luar urutan kegiatan
instruksional adalah metode intruksional. Komponen metode instruksional terdiri dari beberapa
metode yang digunakan dalam setiap langkah pada urutan kegiatan instruksional.
Setiap langkah mungkin menggunakan satu atau beberapa metode atau mungkin pula
setiap langkah menggunakan metode yang sama. Tidak semua metode instruksional
sesuai untuk digunakan dalam mencapai tujuan instruksional tertentu. Oleh
karena itu, seorang pengembang instruksional harus memilih metode yang
sesuai untuk setiap TIK yang ingin dicapai. Metode instruksional berfungsi
sebagai cara dalam menyajikan (menguraikan, memberi contoh, dan memberi
latihan) isi pelajaran kepada peserta didik untuk mencapai tujuan tertentu.
Berbagai metode berikut ini biasnya digunakan pengajar dalam kegiatan
instruksional.
Berbagai metode yang digunakan dalam kegiatan
instruksional antara lain:
1. Metode Ceramah (lecture)
Metode ceramah berbentuk penjelasan pengajar kepada
siswa dan biasanya diikuti dengan Tanya jawab tentang isi pelajaran yang belum
jelas.
Beberapa
kelebihan metode ceramah adalah :
1. Guru mudah
menguasai kelas.
2. Guru mudah
menerangkan bahan pelajaran berjumlah besar.
3. Dapat
diikuti anak didik dalam jumlah besar.
4. Mudah
dilaksanakan.
Beberapa
kelemahan metode ceramah adalah :
1. Membuat
siswa pasif.
2. Mengandung
unsur paksaan kepada siswa.
3. Mengandung
daya kritis siswa.
4. Anak didik
yang lebih tanggap dari visi visual akan menjadi rugi dan anak didik yang lebih
tanggap auditifnya dapat lebih besar menerimanya.
5. Sukar
mengontrol sejauhmana pemerolehan belajar anak didik.
6. Kegiatan
pengajaran menjadi verbalisme (pengertian kata-kata).
7. Bila terlalu
lama membosankan.(Syaiful Bahri Djamarah, 2000)
2. Metode Demonstrasi
Metode Demonstrasi digunakan untuk
mendemontrasikan penggunaan alat atau melaksanakan kegiatan tertentu seperti
kegiatan sesungguhnya. Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara
memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan,
baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pembelajaran yang relevan
dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan. Kelebihan dari
metode demonstrasi adalah:
1. Perhatian
siswa dapat lebih dipusatkan.
2. Proses
belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari.
3. Pengalaman
dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri siswa.
4. Kelebihan
metode demonstrasi sebagai berikut:
5. Membantu
anak didik memahami dengan jelas jalannya suatu proses atau kerja suatu benda.
6. Memudahkan
berbagai jenis penjelasan.
7. Kesalahan-kesalahan
yang terjadi dapat diperbaiki melalui pengamatan dan contoh konkret,
dengan menghadirkan objek sebenarnya.
Kekurangan metode demonstrasi adalah anak didik
terkadang sukar melihat dengan jelas benda yang akan dipertunjukkan, kurangnya
pemahaman siswa tentang kegunaan benda yang dipertunjukkan.
3. Metode Penampilan/praktik
Metode Penampilan/praktik berbentuk pelaksanaan
praktik oleh siswa di bawah supervisi dari dekat oleh pengajar. Untuk
menggunakan metode ini pengajar harus :
1. Memberikan
penjelasan yang cukup kepada siswa selama siswa berpraktik.
2. Melakukan
tindakan pengamanan sebelum kegiatan praktik dimulai untuk keselamatan siswa
dan alat-alat yang digunakan.
3. Metode
penampilan tepat digunakan bila :
4. Pelajaran
telah mencapai tingkat lanjutan.
5. Kegiatan
instruksional bersifat formal, latihan kerja, atau magang.
6. Siswa
mendapat kemungkinan untuk menerapkan apa yang dipelajarinya ke dalam situasi
sesungguhnya.
7. Kondisi
praktik sama dengan kondisi kerja.
8. Dapat
disediakan bimbingan kepada siswa secara dekat selama praktik.
9. Keterbatasan
penggunaaan metode penampilan adalah :
10. Membutuhkan
waktu panjang, karena siswa harus mendapatkan kesempatan berpraktik sampai
baik.
11. Membutuhkan
fasilitas dan alat khusus yang mungkin mahal, sulit diperoleh, dan dipelihara
secara terus menerus.
12. Membutuhkan
pengajar yang lebih banyak, karene setiap pengajar hanya dapat membantu
sejumlah kecil siswa.
4. Metode Diskusi
Metode Diskusi adalah interaksi antara siswa dari
siswa atau siswa dengan pengajar untuk menganalisis, atau memperdebatkan topic
atau permasalahan tertentu. Metode diskusi diaplikasikan dalam proses belajar
mengajar untuk :
1. Mendorong
siswa berpikir kritis.
2. Mendorong
siswa mengekspresikan pendapatnya secara bebas.
3. Mendorong
siswa menyumbangkan buah pikirnya untuk memecahkan masalah bersama.
4. Mengambil
satu alternatif jawaban atau beberapa alternatif jawaban untuk memecahkan
masalah berdsarkan pertimbangan yang seksama.
Kelebihan metode diskusi sebagai berikut :
1.
Menyadarkan anak didik bahwa masalah dapat dipecahkan
dengan berbagai jalan
2.
Menyadarkan anak didik bahwa dengan berdiskusi mereka
saling mengemukakan pendapat secara konstruktif sehingga dapat diperoleh
keputusan yang lebih baik.
3.
Membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat
orang lain sekalipun berbeda dengan pendapatnya dan membiasakan bersikap
toleransi.
Kelemahan
metode diskusi sebagai berikut :
1. Peserta
diskusi mendapat informasi yang terbatas.
2. Tidak dapat
dipakai dalam kelompok yang besar.
3. Dapat
dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara.
4. Biasanya
orang menghendaki pendekatan yang lebih formal.
5. Metode Studi Mandiri
Metode Studi Mandiri berbentuk pelaksanaan tugas
membaca atau penelitian oleh mahasiswa tanpa bimbingan atau pengajaran khusus. Metode
ini dilakukan dengan cara :
1. Memberikan
daftar bacaan kepada siswa yang sesuai dengan kebutuhannya.
2. Menjelaskan
hasil yang diharapkan dicapai oleh siswa pada akhir kegiatan studi mandiri.
3. Mempersiapkan
tes untuk menilai keberhasilan siswa.
Penerapan metode ini adalah :
1. Pada tahap
akhir proses belajar.
2. Dapat
digunakan pada semua mata pelajaran.
3. Menunjang
metode pembelajaran yang lain.
4. Meningkatkan
kemampuan kerja siswa.
5. Mempersiapkan
siswa untuk kenaikan tingkat atau jabatan.
6. Memberi
kesempatan kepada siswa untuk memperdalam minatnya tanpa dicampuri siswa lain.
6. Metode Kegiatan instruksional Terprogram
Metode Kegiatan instruksional Terprogram
menggunakan bahan instruksional yang disiapkan secara khusus. Untuk menggunakan
metode ini perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
- Siswa harus benar-benar memiliki seluruh bahan, alat-alat dan perlengkapan lain yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pelajaran tersebut.
- Siswa harus benar-benar tahu bahwa bahan itu bukan tes. Respon yang harus dibuat siswa selama proses belajarnya dimaksudkan untuk membantu belajar, bukan untuk dijadikan dasar penilaian dalam mata pelajaran tersebut.
- Tersedia sumber yang dapat membantu siswa bila mengalami kesulitan.
- Secara periodik, siswa harus dicek kemampuannya untuk membuatnya benar-benar belajar.
Metode ini
diterapkan untuk :
- Kurang mendapatkan interaksi sosial.
- Semua tahap belajar, dari permulaan sampai dengan proses akhir belajar siswa.
- Pelajaran formal, belajar jarak jauh, dan magang.
- Mengatasi kesulitan perbedaan individual.
- Mempermudah siswa belajar dalam waktu yang diinginkan.
Metode
ini memiliki kelemahan sebagai berikut :
- Bahan pelajaran yang telah dikumpulkan dengan baik membuat siswa melalui urutan kegiatan belajar yang sama. Hal ini membuat metode kurang fleksibel.
- Biaya pengembangan tinggi.
- Siswa kurang mendapat interaksi sosial.
7. Metode Latihan dengan Teman
Memanfaatkan seorang yang telah lulus dalam latihan
tertentu untuk bertindak sebagai pelatih bagi seorang mahasiswa lain. Untuk
menggunakan metode ini perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Mula-mula
seorang siswa memperhatikan siswa yang lain yang telah mencapai tingkat lanjut
dalam melaksanakan semua tugas di bawah supervisi pelatih.
2. Setelah
mengenal tugas tersebut, siswa dilatih dalam keterampilan melakukannya.
3. Setelah
lulus tes, ia menjadi pelatih untuk siswa berikutnya.
Metode ini dapat dilaksanakan apabila semua tahap yang
membutuhkan latihan satu persatu dan latihan kerja, latihan formal dan magang.
Metode ini
memiliki kelemahan sebagai berikut :
- Terbatasnya siswa yang dapat dilatih dalam satu periode tertentu.
- Kegiatan latihan harus senantiasa dikontrol secara langsung untuk memelihara kualitas.
8. Metode Simulasi
Metode ini menampilkan simbol-simbol atau peralatan yang
menggantikan proses, kejadian, atau benda yang sebenarnya. Metode simulasi
adalah metode yang diberikan kepada siswa, agar siswa dapat menggunakan
sekumpulan fakta, konsep, dan strategi tertentu. Penggunaan metode tersebut
memberi kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi sehingga dapat mengurangi
rasa takut. Metode simulasi cenderung lebih dinamis dalam menanggapi gejala
fisik dan sosial, karena melalui metode ini seolah-olah siswa melakukan hal-hal
yang nyata ada. Dengan mensimulasikan sebuah kasus atau permasalahan, seseorang
akan lebih menjiwai keberadaannya.
Kebaikan metode simulasi antara lain adalah:
1. Metode ini
dapat mempelajari situasi yang nyata.
2. Bisa membuat
siswa belajar dari umpan balik yang datang dari dirinya sendiri.
3. Bisa melatih
siswa dalam mensimulasikan sesuatu sehingga siswa menjadi lebih berani.
4. Siswa dapat
lebih menggunakan sekumpulan fakta dan konsep.
Kelemahan
metode simulasi antara lain:
1. Bagi siswa
yang penakut penerapan metode ini menjadi hal yang tidak menyenangkan sehingga
enggan untuk bersimulasi.
2. Sebaliknya bagi
siswa yang pandai, dan yang senang berbicara cenderung menguasai proses
simulasi.
3. Bagi siswa
yang susah mengeluarkan pendapat hal ini merupakan, metode yang paling menyusahkan.
9. Metode Sumbang
pendapat atau sumbang saran (Brainstorming)
Proses penampungan pendapat dari siswa tanpa evaluasi
terhadap kualitas pendapat tersebut. Metode ini tepat digunakan untuk
meningkatkan partisipasi siswa dalam mengajukan pendapatnya. Tetapi, metode ini
dapat menimbulkan frustasi di kalangan siswa, karena mereka tidak menemukan
konsensus pada akhir proses tersebut. Akan tetapi guru dapat mengambarkan
bahwa yang diminta adalah buah fikiran dengan alasan-alasan rasional.
10. Metode Studi kasus
Berbentuk penjelasan tentang masalah,kejadian, atau
situasi tertentu, kemudian siswa ditugaskan mencari alternatif pemecahannya.
Kesulitan penggunaan metode ini adalah:
1. Mendapat kasus
yang tealh ditulis dengan baik sebagai hasil penelitian lapangan dan sesuai
dengan lingkungan kehidupan siswa.
2. Mengembangkan
kasus sangat mahal.
11. Metode Computer Assisted Learning (CAL)
Metode ini berbentuk suatu seri kegiatan belajar yang
sangat berstruktur dengan menggunakan computer. Metode ini dapat digunakan pada
setiap tingkat pengetahuan dari yang sederhana sampai dengan yang paling
kompleks. Kesulitan penggunaan metode ini :
1. Pengembangan
program CAL membutuhkan biaya tinggi dan waktu lama.
2. Pengadaan
dan pemeliharaan alat yang mahal.
12. Metode Insiden
Merupakan variasi dari metode studi kasus. Siswa
dibekali dengan data dasar yang tidak lengkap tentang kejadian atau peristiwa.
Kelebihan metode ini dari metode studi kasus adalah siswa belajar menyusun dan
menyelami masalah lebih dahulu sebelum belajar berpikir kritis untuk mencari
pemecahannya.
13. Metode Praktikum
Berbentuk pemberian tugas kepada siswa untuk
menyelesaikan suatu proyek dengan berpraktik dan menggunakan instrumen tertentu
14. Metode proyek
Berbentuk pemberian tugas kepada semua siswa
untuk dikerjakan secara individual. Metode ini bertujuan membentuk analisis
masing-masing siswa.
15. Metode bermain peran
Berbentuk interaksi antara dua atau lebih siswa
tentang suatu topik atau situasi. Metode sosiodrama (role playing) adalah suatu
cara menyajikan bahan pelajaran dengan mendramasisasikan tingkah laku dalam
hubungan social dengan suatu problem, agar peserta didik dapat memecahkan
masalah sosial. Metode sosiodrama adalah metode yang bertujuan untuk
mempertunjukkan suatu perbuatan dari suatu pesan yang ingin disampaikan dari
peristiwa yang pernah dilihat. Metode ini juga menjadikan siswa menjadi senang,
sedih, tertawa jika pemerannya bisa menjiwai dengan baik. Seringkah Anda
melakukan?
16. Metode Seminar
Berbentuk kegiatan belajar bagi sekelompok siswa untuk
membahas topik atau masalah tertentu.
17. Metode simposium
Mengetengahkan suatu seri ceramah mengenai berbagai
kelompok topik dalam bidang tertentu.
18. Metode Tutorial
Berbentuk pemberian bahan belajar yang telah
dikembangkan untuk dipelajari siswa secara mandiri dan kesempatan berkonsultasi
secara perodik tentang kemajuan dan masalah yang dialaminya.
19. Metode Deduktif
Dimulai dengan pemberian penjelasan tentang
prinsip-prinsip isi pelajaran, kemudian disusul dengan penerapannya atau
contoh-contohnya pada situasi tertentu. Metode ini tepat digunakan bila :
1. Siswa
telah mengenal atau telah mempunyai pengalaman yang berhubungan
dengan mata pelajaran tersebut.
2. Yang
diajarkan berupa keterampilan komunikasi antara pribadi, sikap, pemecahan, dan
pengambilan keputusan.
3. Pengajar
mempunyai keterampilan mendengarkan yang baik, fleksibel, terampil mengajukan
pertanyaan, terampil mengulang pernyataan dan sabar.
4. Waktu yang
tersedia cukup panjang.
20. Metode Induktif
Dimulai dengan pemberian berbagai kasus, fakta,
contoh, atau sebab yang mencerminkan suatu konsep atau prinsip, kemudian, siswa
dibimbing untuk berusaha keras mensintetis, menemukan, atau menyimpulkan
prinsip dasar dari pelajaran tersebut. Metode ini tepat digunakan bila :
1. Belum
mengenal pengetahuan yang sedang dipelajari.
2. Isi
pelajaran meliputi terminologi, teknis dan bidnag yang kurang membutuhkan
proses berpikir kritis.
3. Pengajaran
mengenai pelajaran tersebut mempunyai persiapan yang baik dan pembicara yang
baik, serta waktu yang tersedia singkat.
c.
Komponen Media Instruksional
Media adalah alat
yang digunakan untuk menyampaikan pesan dri suatu materi atau isi pelajaran
dari pengajar ke pembelajar. Media digunakan dalam kegiatan instruksional
karena memiliki berbagai kemampuan, kemampuan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Memperbesar
benda yang sangat kecil dan tidak ttampak oleh mata telanjang menjadi lebih
besar, seperti contoh Mikroskop.
2. Menyajikan
benda atau peristiwa yang terletak jauh dari peserta didik. Seperti halnya isi
bumi, tempat wisata, salju, dan lain-lain.
3. Menyajikan
peristiwa yang kompleks, rumit dan berlangsung sangat cepat atau sangat lambat
menjadi lebih sistematis dan sederhana, contoh peristiwa balap motor,
berkerjanya mesin, dan lain-lain.
4. Menampung
sejumlah besar mahasiswa untuk mempelajari materi pelajaran dalam waktu yang
sama, seperti penggunaan televisi atau audio visual yang menyajikan suatu
materi.
5. Menyajikan
benda atau peristiwa berbahaya kehadapan peserta didik, seperti pemutaran video
terjadinya gunung meletus.
6. Meningkatkan
daya tarik pelajaran dan perhatian peserta didik, seperti penggunaan gambar
yang menari peserta didik.
7. Meningkatkan
sistematis pengajaran, seperti transparasi, kaset audio dan lain-lain.
Penggunan media selalu didahului dengan persiapan perencanaan untuk digunakan
dalam proses belajar.
Media yang digunakan
dalam kegitan instruksional beraneka ragam. Pengembangan instruksional dapat
memilih salah satu diantara beberapa media yang akan digunkan dan yang pasti lebih mempunyai nilai
yang tinggi dan cocok untuk penggunaannya.
Dalam pemilihan media
yang akan digunakan, minimal tahu bagaimana cara pemilihan. Jika dilihat dari
konteks matriks rendah, sedang dan tinggi, yang matriknya sebagai berikut:
Macam belajar
Jenis
media
|
Belajar
Informa-si
faktual
|
Belajar
Pengenal-an
visual
|
Belajar
konsep, prinsip, dan aturan
|
Belajar
prosedur
|
Menyaji-kan
ketermpil-an persepsi gerak
|
Mengem-bangkan
sikap, opini dan motivasi
|
Gambar
Diam
Gambar
Hidup
Televisi
Objek
3D
Rekaman
audio
Programed
instruction
Demonstrasi
Buku
teks tercetak
Sajian
oral
|
Sedang
Sedang
Sedang
Rendah
Sedang
Sedang
Rendah
Sedang
Sedang
|
Tinggi
Tinggi
Sedang
Tinggi
Rendah
Sedang
Sedang
Rendah
Rendah
|
Sedang
Tinggi
Tinggi
Rendah
Rendah
Sedang
Sedang
Rendah
Rendah
|
Sedang
Tinggi
Sedang
Rendah
Sedang
Tinggi
Tinggi
Sedang
Sedang
|
Rendah
Sedang
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Sedang
Rendah
Rendah
|
Rendah
Sedang
Sedang
Rendah
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
sedang
|
1.3 tabel pemilihan media menurut matriks
rendah, sedng, tinggi.
Untuk
menggunakan tabel matrik di atas, maka harus diketahui dahulu apa tujuan dari
kegiatan instruksional tersebut. Dalam tujuan instruksional tersebut mungkin
terkandung salah satu atau beberapa macam belajar, seperti:
1.
Belajar pengenlan visual.
2.
Belajar informasi faktual.
3.
Belajar konsep, aturan, dan prinsip.
4.
Belajar prosedur.
5.
Beljar menyajikan keterampilan atau gerak.
6.
Belajar mengembangkan sikap, opini, dan
motivsi.
Setelah
mengidentifiksi macam belajar yang terkandung dalam tujuannya, maka pilih media
yang sesuai dengan macam belajar tersebut dengan cara melihat fungsi tabel di
atas. Dalam proses pemilihan media pengembangan instruksional mungkin dapat
mengidentifikasi beberapa media yang sesuai untuk tujuan instruksional
tertentu. Langkah selanjutnya adalahmemilih salah satu atau dua media
diantaranya atas dasar pertimbangan:
1.
Biaya lebih murah, baik saat pembelian maupun
perwatan.
2.
Kesesuaian dengan metode instruksional.
3.
Kesesuaian dengn karakteristik pesert didik.
4.
Pertimbangan praktis.
5.
Ketersediaan media.
Jenis media harus
dipilih berdasarkan kriteria utama, yaitu kesesuaian dengan tujuan
instruksional dan lima tambahan tentang pertimbangan penggunaannya.
d.
Komponen Waktu
Komponen terakhir
dari strategi instruksional adalah waktu, yaitu jumlah waktu dalam menit yang
dibutuhkan oleh pengajar dan peserta didik untuk menyelesaikan langkah setiap
urutan kegiatan instruksional. Jumlah waktu yang dibutuhkan untuk mengajar,
terbatas kepada waktu yang digunkan pertemuan kepada pesert didik. Waktu untuk
pesert idik adalah jumlah waktu yang digunakan dalam pertemuan dengan pengajar
ditambah dengan waktu untuk melaksanakan tugas yang berhubungan dengan mata
pelajaran diluar pertemuan dengan pengajar.
Menghitung jumlah
waktu yang digunakan oleh pengajar penting, artinya bagi pengajar sendiri dalam
pengelolaan waktu kegiatan instruksional. Seorang pengajar harus dapat membagi
bagaimana membagi waktu untuk setiap langkah dalam pendahuluan, penyajian, dan
penutup. Bagi pengelola program pendidikan, penghitungan jumlah waktu ini dapat
digunakan untuk mengatur jadwal pertemuan dan menentukan jangka waktu program
secara keseluruhan.
Menghitung
jumlah waktu peserta didik juga penting, artinya bagi berbagai pihak. Bagi
peserta didik jumlah waktu itu merupakan petunjuk dalam mengelola waktu
belajarnya. Bagi pengelola program pendidikan julah waktu yang dibutuhkan merupakan petunjuk tentang bobot
mata pelajran yang akan diberikan.
Penentuan
waktu yang dibutuhkan pengajar dan peserta didik pada setiap langkah dalam
urutaan kegiatan instruksional merupakan salah saatu pembatasan bagi pengajar
dan peserta didik bahwa tujuan instruksional akaan dapat dicapai bila mereka
dapat memenuhinya.
C.
Menyusun
Strategi Instruksional
Penyusunan strategi
instruksional haruslah didasarkan oleh tujuan yang akan dicapai sebagai
kriteria utama. Di sampig itu haruslah dengan pertimbangan lain, yaitu hambatan
yang mungkin dihadapi pengembang instruksional, atau pengajar seperti waktu,
biaya dan fasilitas. Setiap urutan kegiatan seperti DRT (deskripsi singkat,
relevansi, dan TIK) – UCL (uraian, contoh, latihan) – TUT (tes fomatif, umpan
balik, tindak lanjut) atau urutan lainnya, selalu diikuti pemilihan metode dan
media serta penentuan waktu untuk mencapai tujuan instruksional khusus.
Khusus penentuan
waktu bagi setiap kegiatan, pengembangan instruksional, di samping menggunakan
kegiatan sebagai suatu kriteria, ia menggunakan pula jenis metode dan medi
sebagai kriteria lain. Berarti penentuan waktu setiap kegiatan dilakukan atas
pertimbangan langkah dalam urutan kegiatan seperti D,R,T,U,C,L,T,U,T dan metode
serta media yang digunakan yang digunakan. Perubahan pada metode dan media
tersebut memungkinkan untuk perubahan waktu yang digunakan. Oleh karena itu,
penyusunan strategi instruksional hrus dilakukan dengan mengintegrasikan
keempat komponen yang tergabung di dalamnya, yaitu, komponen urutan kegiatan
instruksional, metode, media, dan waktu.
Berikut ini akan diuraikan bagaimana mengisi tabel untuk
mengisi strategi instruksional.
1. Mengisi
nomor TIK yang strategis instruksionalnya akan disusun.
2. Kolom
satu telah diisi dengan Pendahulun, Penyajian, dan Penutup. Pada kolom dua ,
harus mulai memikirkan urutan kegiatan instruksional yang sesuai untuk
menghasilkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang tercantum dalam TIK.
a) Kolom
pendahuluan ada tiga kegiatan, yaitu D (Deskripsi Singkat), R (Relevansi), T
(tujuan Instruksional Khusus)
b) Kolom
penyajian ada kegiatan yang harus diisi, yaitu U (Uraian), C (Contoh), dan L
(Latihan).
Beberapa
pedoman di bawah ini untuk dijadikan pertimbangan dalam menentukan urutan
kegiatan penyajian.
(1) UCL
adalah penyajian yang konservatif (Merryl & Tennyson, 1977) yang dimulai
dengan memberikan uraian tentang pengertian suatu konsep, prinsip atau
prosedur, diikutu dengan contoh penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan
diakhiri dengan latihan untuk menguasainya.
(2) CLU
adalah penyajian yang dimulai dari pemberian contoh atau kasus diikuti dengan
latihan memecahkannya dan mengakhirinya dengan uraian atau generalisasi dari
isi pembelajaran.
(3) LUC
adalah penyajian yang dimulai dari pemberian latihan atau percobaan diikuti
dengan uraian dan diakhiri dengan contoh. Urutan penyajian ini peserta didik
dalam belajarnya melalui coba-coba yang awalnya menimbulkan dinamika peserta
didik.
(4) CUL
adalah penyajian yang dimulai dari pemberian contoh diikuti dengan uraian
tentang konsep, prinsip, atau prosedur yang terkandung di dalamnya dan diakhiri
dengan latihan menerapkannya.
(5) ULC
adalah penyajian yang dimulai dari pemberian uraian tentang konsep, prinsip
atau prosedur yang dipelajari diikuti dengan latihan untuk menguasainya dan
akhirnya ditutup dengan contoh latihan penerapannya apa yang dipelajarinya
dalam kehidupan sehari-hari.
(6) LCU
adalah penyajian yang memberikan kesempatan mencoba terlebih dahulu kemudian
diikuti dengan contoh untuk perbandingan dan diakhiri dengan uraian atau
kesimpulan.
Seluruh kolom dua
diisi dengan pertimbangan diatas. Dengan selesainya pengisian kolom dua maka
selanjutnya memasuki kolom ketiga dengan prosedur pengisian yang berbeda. Sejak
kolom tiga cara pengisiannya baris demi baris bukan kolom demi kolom.
3. Bila
diperhatikan akan tampak bahwa kolom tiga masih berada di bawah Urutan Kegitan
Instruksional. Kolom tersebut diisi dengan garis-garis besar materi yang akan
diberikan pengajar dalam setiap urutan kegitan. Dalam kolom tiga ini berisi
tentang materi atau isi pelajaran yang secara singkat untuk setiap TIK dimulai
dari pendahuluan sampai penutup. Dengan demikian isi pelajaran bukan hanya
apanya tetapi juga cara dan langkah-langkah menyajikannya.
4. Sebelum
meneruskan pada baris R atau T, maka isilah terlebih dahulu kolom 4,5, dan 6
yang sehubungan dengan baris D. Kolom 4 berisi tentang metode, kolom 5 berisi
tentang media, dn kolom 6 berisi tentang waktu.
Contoh Strategi Instruksional
Mata Pelajaran : Matematika Kelas X smester 1
TIK. No. 1 : jika dipertemukan permasalahan bentuk pangkat,
akar, dan logaritma, maka peserta didik dapat . memecahkan
masalah secara benar dengan presentase minimal 80%.
|
URAIAN
KEGIATAN INSTRUKSIONAL
|
METODE
|
MEDIA
|
WAKTU
(DALAM MENIT)
|
|||
GURU
|
MURID
|
JML
|
|||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
P
E
N
D
A
H
U
L
U
A
N
|
Deskripsi
Singkat
|
Lingkup
pelajaran ini adalah:
a.
Bentuk
pangkat
b.
Bentuk
akar
c.
Bentuk
logaritma
|
Ceramah
|
White
board, buku teks dan sumber lain yang relevan
|
5
|
|
5
|
Relevansi
|
dalam
kehidupan sehari-hari tidak lepas dari perhitungan matematis yang
dimanipulasi dalam pangkat, akar, dan logaritma.
Contoh:
Dalam
sebuah gudang barang terdapat tumpukan benih padi, dimana tersusun dengan
hitungan 5 karung secara horisontal dan 5 karung secara vertikal. Tumpukan
tersebut berjumlah 5. Berapakah jumlah karung yang ada pada gudang barang
tersebut?
Jawab:
Dik:
T. B. Horisontal= 5
T. B vertikal= 5
Tumpukkan= 5
Jawab: 53= 5x5x5= 125
|
Ceramah
|
White
board, buku teks dan sumber lain yang relevan
|
5
|
|
5
|
|
Tujuan
Instruksional Khusus
|
Murid
akan dapat menyelesikan permasalahan perhitungan dalam konsep akar, pangkat,
dan logaritma serta menerapkan dalam pemecahan masalah.
|
Ceramah
|
White
board, buku teks dan sumber lain yang relevan
|
5
|
|
5
|
|
P
E
N
Y
A
M
P
A
I
A
N
|
Uraian
Materi
|
Penjelasan
tentang:
a.
Operasi
pangkat
Ap=a.a.a.a.......a
P
b.
Operasi
akar
nÖa = b bn= a
c.
Operasi
logaritma
plog
a = x a = px,
untuk p>0,p = 1, a>0
|
Ceramah
dan tanya jawab
|
White
board, buku teks dan sumber lain yang relevan
|
15
|
10
|
25
|
Contoh
|
Contoh-contoh:
a.
Bentuk
pangkat
35=
3x3x3x3x3=243
b.
Bentuk
Akar
Ö9 = 3
c.
Bentuk
logaritma
Tuliskan dalam bentuk
berpangkatan?
2log 16 = x
Jawab:
2log 16 = x « 16 = 2x
|
Diskusi
terpimpin
|
White
board, buku teks, lembar kerja siswa dan sumber lain yang relevan
|
5
|
|
5
|
|
Latihan
|
Selesikanlah
soal berikut ini:
1. Berapakah hasil 252 x 25-1/2= ?
2. Berapa hasil Ö225 + 2Ö5= ?
3. 1/2log3=
|
Tanya
jawab
|
Lembar
kerja
|
|
35
|
35
|
|
P
E
N
U
T
U
P
|
Tes
formatif dan umpan balik
|
Pelaksanaan
dalam bentuk tes esay dalam 5 soal pada buku LKS (pekerjaan rumah).
Penilaian
terhadap jawaban peserta didik untuk mengetahui tingkat penguasaan materi.
Mengidentifikasi
kesulitan yang dialami oleh peserta didik.
|
Melaksanakan
tes dan diskusi
|
Lembar
kerja
|
5
|
|
5
|
Tindak
lanjut / follow up
|
Penjelasan
kembali tentang materi yang belum dipahami.
|
Ceramah
dan tanya jawab
|
White
board, buku teks dan sumber lain yang relevan
|
5
|
|
5
|
|
Jumlah
|
45
|
45
|
90
|
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Strategi
merupakan suatu cara atau langkah-langkah seseorang penyusun untuk mencapai
tujuannya. Dalam instruksional, strategi ini digunakan untuk mencapai tujuan
dari belajar. Pengembangan strategi instruksional ini di dalamnya terdapat
komponen unutk menyusun suatu strategi, diantaranya ada kegiatan instruksional,
metode, media, dan waktu. Semua itu saling mempengaruhi satu sama lain dalam
pembuatan ataupun penyusunan strategi instruksional. Strategi instruksional ini
berbeda-beda menurut situasi, kondisi, toleransi, dan jangkauan di suatu tempat
pengajaran, walaupun materi atau isi pelajaran sama. Oleh karena itu, seluruh
pengajar harus bisa menyusun atau mengembangkan strategi instruksionalnya agar
dapat mencapai tujunnya dan proses belajar mengajarnya dapat efektif dan
efisien.
Daftar
Pustaka
Sanjaya,
Wina. 2008. Perencanaan dan Desain Sistem
Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Supratman, Atwi M. 2004.
Desain Instrusional. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar